Tahu apa yang diharapkan setiap pria saat pergantian malam tahun baru? tentu mendapakan kehidupan yang lebih baik dalam dunia karir dan percintaan. Kedua hal ini begitu esensial. Karena kedua hal inilah yang menjadikan lelaki seorang pria sejati. Seorang lelaki belum dianggap menjadi pria sejati bila belum memiliki karir yang mapan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri. Karena bila tidak seperti itu, lantas bagaimana ia harus memenuhi kebutuhan cintanya kelak?
Oleh karena itu kehidupan karir sangat linear dengan kehidupan cinta. Semakin mapan karir seorang pria maka semakin mudah pula ia didekati perempuan. Semakin tidak mapan karir seorang pria maka semakin mudah pula ia didekati lalat. Maka tidak heran bila dewasa ini semakin banyak kita menemukan fenomena pasangan Beauty and the beast. Dalam artian pria jelek mampu menggandeng seorang perempuan bak model victoria’s secret. Hal ini tentu karena sang pria mapan.
Dalam pergantian malam tahun baru resolusi adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan, Biasanya ditulis dalam secarik kertas lalu didoakan dengan khusuk agar tercapai tahun depan. Karena tanpa resolusi, kita tidak memiliki target terhadap hal-hal apa yang perlu dicapai dalam satu tahun ke depan. Dan seperti kata socrates: Hidup tanpa target merupakan suatu kesia-siaan belaka. Dan quote barusan adalah murni karangan gue.
Gue sendiri setiap malam tahun baru cukup rajin menulis resolusi pada secarik kertas. Lalu gue doakan dengan khusuk kepada Tuhan. Selesainya gue tidur kembali. Besok pagi gue menjalani kehidupan seperti biasa. Berjalan. Bernapas. Bekerja. titip absen. tidur di toilet. Satu bulan kemudian gue lupa sama sekali tentang resolusi dan baru akan mengingatnya kembali di malam tahun baru berikutnya.
Dan ini adalah perjalanan karir dan cinta gue sepanjang tahun, memang tidak ada yang istimewa, bahkan cenderung hancur. Namun cerita di bawah tetap akan gue ceritakan kepada anak dan cucu gue nanti untuk mereka ambil hikmahnya, walau gue sendiri belum tahu letak hikmahnya ada pada bagian mana.
Karir
Awal Tahun 2008.
Adalah tahun saat gue lulus dari kampus dan diwisuda dengan gelar Sarjana Ekonomi. Sebuah gelar yang menurut gue adalah gelar sejuta umat. Gelar yang dimiliki oleh kebanyakan mahasiswa dimana sebagian besar dari mereka (Mahasiswa yang menyandang gelar ini) bahkan tidak tahu pengertian dasar dari ekonomi itu sendiri.
Setelah dinyatakan lulus dan diwisuda dengan gelar S.E, harapan dan cita-cita gue adalah segera mendapatkan pekerjaan kantoran yang bonafid di daerah Jakarta. Bonafid yang gue maksud tentu harus bekerja di gedung perkantoran daerah segitiga emas Jakarta: Sudirman, Kuningan, Thamrin. Hal ini karena menurut gue karyawan-karyawati yang bekerja di daerah segitiga emas tersebut rapi-rapi, necis, modis, wangi, trendi, tampan-tampan, cantik-cantik, dan gue mau menjadi bagian dari mereka. Gue mau terlihat rapi, modis, wangi, trendi, tampan seperti mereka.
Cinta
Awal Tahun 2008
Gue jatuh cinta dengan seorang perempuan yang memiliki jerawat cukup banyak di dahinya namun entah kenapa saat itu gue menganggapnya sebagai sesuatu hal yang seksi. Perempuan berjerawat ini. Dia menyukai segala hal yang berbau perancis. Dari negaranya yang menurut dia indah nan romantis, pria perancis yang seksi dengan bulu dadanya, serta bahasanya yang menurut dia merupakan bahasa terseksi di dunia, walau ketika gue mencoba mendengarkan bagaimana orang perancis bicara. Bagi gue mereka seperti bicara sambil kumur-kumur.
Si perempuan berjerawat sudah memiliki pacar saat itu. Awalnya gue mengira pastilah pacarnya memiliki fisik yang kurang lebih sama dengan pria perancis. Putih. tinggi. mancung. mata berwarna biru. dan memiliki bulu dada. Alangkah kagetnya gue setelah mengetahui kalau pacarnya gemuk, hitam, dan berbicara cadel. Sekilas mirip sion gideon yang terkena sinar radiasi gama.
Karir
Pertengahan Tahun 2008
Gue memulai karir pertama dengan bekerja di sebuah perusahaan lokal yang bergerak di bidang ekspor-impor. Berlokasi di warung buncit, walau tidak berada di daerah segitiga emas Jakarta. At least gue bekerja di gedung perkantoran, memakai kemeja lengan panjang, memakai celana bahan panjang hitam, dan memakai sepatu pantopel hitam mengilat. Gue terlihat rapi, necis, modis, trendi, wangi, dan tampan. Impian gue terwujud.
Setiap pagi gue berangkat bekerja dengan menaiki sepeda motor Honda Supra X butut yang gue namakan “Pria Tua”, Karena memang terlihat ringkih, dan setiap kali berjalan suara mengerit keluar dari sela-sela roda. Gue pernah iseng memarkir pria tua di tengah jalan lalu gue pergi tinggal makan ke warteg selama setengah jam dan lo tahu apa yang terjadi? “Pria tua” masih berdiri disitu. Tidak ada yang mengambilnya. Bahkan maling merasa malu untuk mencurinya.
Setiap bulan gue mengantongi gaji sebesar Rp 900,000. Salary gue memang agak kontras dengan penampilan gue yang rapi, necis, modis, trendi, dan tampan.
Di suatu malam yang larut setelah bekerja lembur demi tambahan sepuluh ribu rupiah per malam. Gue menyusuri jalan kalimalang untuk pulang ke rumah mengendarai “pria tua”. Saat itu tanggal tua. dengan penghasilan sebesar 900 ribu sebulan maka yang tertinggal di dompet saat tanggal tua hanyalah STNK, KTP dan selembar harapan.
Tiba-tiba “pria tua” oleng, gue menepi dan mencoba memeriksa ada apa gerangan. Ternyata ban belakang bocor. Bangsat adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut. Kedua gue menendang “pria tua” dengan kesal. si “pria tua” diam tak bergeming. Lantas gue mencoba mencari tukang tambal ban. Ketemu. Dan gue memintanya untuk menambal. Sang tukang tambal ban mengatakan kalau kondisi ban dalam tidak memungkinkan untuk ditambal, hanya bisa diganti dengan ban dalam baru (Ini merupakah trik umum yang digunakan sebagian besar tukang tambal ban demi mendapatkan keuntungan yang besar) gue mengeluarkan selembar harapan dari dalam dompet lantas menunjukkannya ke sang tukang tambal ban.
“Bang, uang ini hanya cukup digunakan untuk menambal ban, bukan untuk membeli ban dalam baru” Kata gue kepada sang tukang tambal ban.
Mendengar hal ini si tukang tambal ban marah dan melempar karet ban dalam ke arah muka gue sembari mengatakan “KALAU BEGITU TAMBAL SAJA SENDIRI”
Gue mengendarai “pria tua” dalam perjalanan pulang ke rumah. Hari sudah larut. Ban dalam sudah diganti dengan yang baru. “pria tua” tidak lagi oleng. STNK gue ditahan oleh tukang tambal ban sebagai jaminan agar pagi harinya gue bisa kembali untuk membayar lunas ban dalam bila STNK tidak mau dirobek-robek.
Cinta
Pertengahan Tahun 2008
Si perempuan berjerawat putus dengan pacarnya si Sion-gideon-terkena-sinar-radiasi-gama. Si perempuan berjerawat curhat dengan gue, menceritakan betapa pacarnya merupakan sosok yang tidak perhatian kepadanya. Carilah pacar baru yang penuh perhatian. Kata gue kepadanya. Ia mengangguk dan tersenyum. Jeraw atnya mengilat. Seksi sekali.
Gue pun mengungkapkan perasaan gue kepada si perempuan berjerawat, ia menolak gue karena ingin sembuh dari luka hati yang diakibatkan putus dengan pacarnya si sion-gideon-terkena-radiasi-sinar-gama.
Gue berusaha menunggu selama satu dan dua bulan, hingga ia datang menghampiri gue di kantin kampus, dan menceritakan kepada gue kalau ia sudah merajut hubungan kembali dengan si sion-gideon-terkena-radiasi-sinar-gama. Dan si perempuan berjerawat sangat senang dengan hal ini. Seperti jatuh cinta yang keduakali ucapnya kepada gue. Gue tersenyum getir dan memberikannya ucapan selamat. Lalu dia meninggalkan gue di kantin sendirian. Selera makan gue mendadak hilang hingga akhirnya gue memutuskan pulang tanpa menghabiskan mie ayam pesanan gue. Sesampainya di rumah gue baru ingat. gue lupa membayar mie ayam.
Tahun 2009-2010
Gue mendapatkan pekerjaan di daerah Gatot Subroto. (lagi-lagi) walau bukan termasuk dalam kawasan segitiga emas Jakarta tapi setidaknya gue bekerja di gedung perkantoran. Gue memakai kemeja, gue memakai dasi, rapi, necis, trendi, wangi, walau gaji (lagi-lagi) seperti biasa hanya cukup untuk makan di warteg.
Di tahun 2010 gue mulai menyadari kalau bekerja di gedung perkantoran dengan penampilan necis, modis, wangi, trendi, tampan dan cantik tidaklah seindah yang dibayangkan. Dibalik tampilan luar, sesungguhnya gaji mereka ternyata tidak sebesar pedagang obat di Jatinegara. Gaji mereka lebih kecil ketimbang buruh-buruh bekasi. Bedanya buruh bekasi tidak mengenakan kemeja, mereka juga tidak berdasi, tidak necis, tidak modis, tidak trendi, dan tidak wangi. Di tahun ini pula gue berjanji kepada diri gue sendiri untuk tidak lagi bekerja di gedung perkantoran Jakarta yang bonafid. Buat apa terlihat bonafid dari luar namun secara penghasilan tak ubahnya seperti pedagang obat emperan di Jatinegara? batin gue.
Cinta
Tahun 2009-2010
Yang gue ingat dari 2010 adalah saat hujan deras di sore hari, dan sepanjang jalan Gatot Subroto hingga kuningan macet total. Gue mencoba memanggil taksi karena saat itu mobil omprengan tidak ada yang datang di pangkalan. Saat memanggil taksi gue berebutan dengan seorang wanita. gue menanyakan ke arah manakah dia pergi? Bekasi, jawabnya. Lantas gue bertanya apakah kita bisa sharing taxi? karena kebetulan gue juga mau pulang ke arah Bekasi. Dia bilang silahkan. Kita mengobrol banyak hal di dalam taxi : Cinta, hidup, pekerjaan, buku, dan film. Gue tidak menyangka kalau obrolan dalam taxi dengan seorang yang baru kita kenal di tengah kemacetan bisa terasa romantis. Sesampai di rumah gue update status di facebook. Tuhan terimakasih atas kemacetan yang Kau berikan pada hari ini. Saya harap besok macet kembali.
Gue mencoba mencari namanya pada facebook, ketemu, gue add, lalu ia approve request friend dari gue. Kita sempat berjalan dan nonton bareng. Kalau ada hal yang sama dengan masing-masing dari kita maka hal itu adalah film komedi. Iya, dia menyukai film komedi seperti hangover yang dibintangi oleh Bradley cooper. Kalaupun ada yang tidak sama dengan kita mungkin itu agama. Ya kita memiliki agama yang berbeda, oleh karena itu pertemuan kita hanya sekali, dan kita menjadi teman hingga saat ini.
Karir
Tahun 2010-2011
Gue kembali bekerja di sebuah perusahaan kargo. Merupakan salah satu dari perusahaan kargo terbesar dunia. Bekerja disini membuat gue pernah berpikir untuk melakukan bunuh diri akibat bekerja di bawah tekanan yang sangat. Bahkan gue sempat mengajukan surat pengunduran diri dalam waktu tiga bulan dengan alasan ingin menganggur terlebih dahulu. Yang paling gue ingat dari bekerja di sini adalah saat gue lembur hingga pukul 11 malam untuk menyelesaikan pricing tender atas perintah sales field atau yang biasa kita sebut dengan sales lapangan. Mata gue lelah. Gue merasakan kantuk yang luar biasa. Namun ditengah-tengah rasa lelah dan bercampur kantuk yang luar biasa. Salah satu teman gue memperlihatkan status BBM salah satu sales field yang meminta kita untuk menyelesaikan pricing dalam tender ini agar besok pagi bisa dikirimkan. Photo itu memperlihatkan kalau si sales field tengah bersenang-senang di sebuah pub. Mungkin bekerja di sebuah perusahaan kargo bukan sesuatu yang ditakdirkan untuk gue. Lalu gue berpikir untuk menjadi seorang penulis.
Cinta
Tahun 2010-2011
Gue jatuh cinta dengan perempuan etnis tionghoa. Kita sempat beberapa kali pergi makan dan nonton bareng. Kita akrab. Namun rasa akrab belum tentu berarti jodoh. Gue pun mengungkapkan perasaan gue kepadanya. Dia menolak cinta gue dengan alasan perbedaan suku. Sebagai orang tionghoa rasanya tidak mungkin bila ia harus berpacaran dengan orang batak. Ayahnya bisa marah bila mengetahui hal ini. Gue pun mundur teratur. hingga satu tahun kemudian gue menerima undangan nikah dari dia. Gue melihat nama calon suaminya dan tidak mendapati nama tionghoa ada padanya. Gue membaca bagian belakang dan mendapati marga Siraja guk guk.
Something that you need to know about this blog:
- I write this blog based on my true experiences
- The name of the characters on this blog is not real anymore (Except my own character), I change it due to avoid some feuds, lawsuits, or even dead threats to me, my cats, and my dogs.
- I dramatize and exaggerate some parts in order to make a good story with a good punchline so that you can laugh your ass off and say “Hey this blog is funny! I love it!”
- I write this blog mostly on Friday night and Saturday night. Why? because that’s what forever alone dude do.
ocitamala
January 3, 2015
Semua pekerjaan tergantung yang menjalani. Apapun itu kalau ditekuni pastilah berhasil
hidupiniseperti
January 4, 2015
Saya lebih suka pekerjaan apapun yang kau sukai, maka kau tidak akan pernah merasa sedang bekerja. 🙂
By the way, thanks for the comment mas.