#hidupinisepertikarantinamandiri

Posted on July 9, 2020

0


Ini merupakan bulan keempat sudah gue melakukan karantina mandiri di masa pandemi sejak Maret 2020. Pandemi ini adalah mimpi buruk bagi kita semua. Teman-teman gue yang biasanya memamerkan perjalanan trip ke Amerika,  Eropa, dan segala bentuk aktivitas hedonisme lainnya melalui Instastory dan whatsapp story kini selama pandemi status insta dan whatsapp story mereka tergantikan dengan berjualan parfum, dimsum, baju bayi, hingga sampo sasetan.

Gue yang belum pernah berpelesiran ke Amerika dan Eropa hanya bisa prihatin sambil berkata dalam hati

mampus lu

Kemudian tersenyum puas.

Rasa sirik dan kecil hati yang selalu menghantui ketika membaca status-status hedon mereka akhirnya lenyap.

Di masa pandemi hampir semua lini pekerjaan habis digilas akibat hantaman COVID-19, mereka yang bekerja pada sektor makanan cepat saji harus memutar otak dengan berbagai cara agar dagangan makanan mereka laku, pandemi membuat masyarakat menjadi enggan untuk makan kembali di restoran.

Pizza Hut salah satu contohnya, gerai yang biasanya selalu ramai oleh pengunjung tiap akhir pekan, kini karyawannya mulai berjualan di pinggir jalan dengan menjajakan pizza kepada pejalan kaki, salah satu gerai KFC dekat rumah gue bahkan sudah tutup total, gue bisa melihat wajah kolonel sanders yang tampak murung terpacak di sana.

Mereka yang bekerja pada sektor pariwisata, termasuk sektor perhotelan pun mendapatkan pukulan telak dari COVID-19, banyak hotel-hotel yang telah tutup kini demi bertahan hidup mendadak berubah menjadi catering dengan menawarkan jasa makanan dan minuman siap antar, bahkan gue sempat mendengar cerita beberapa chef hotel ternama kini menjadi ojol sejak di PHK oleh manajemen.

Dalam dunia penerbangan pun sudah banyak pilot maupun cabin crew yang dirumahkan akibat penurunan jumlah penumpang pesawat yang merosot tajam, mereka yang bekerja pada sektor otomotif juga tak pelak mendapatkan efek domino dari pukulan COVID-19, seiring dengan penutupan lapangan pekerjaan besar-besaran yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, tidak ada yang kepikiran untuk membeli mobil atau sepeda motor selama masa pandemi. Masyarakat memilih untuk menghabiskan uangnya untuk membeli kebutuhan pokok seperti sepeda lipat.

Advertisement
Posted in: Esai