#hidupinisepertifransiscamaureen

Posted on January 11, 2025

0


Pada tanggal 28 Desember 2024, gue bersama kedua sepupu gue berencana untuk pergi ke Bandung selama tiga hari dua malam. Kami sudah memesan sebuah villa di Lembang pada tanggal 28, 29, dan 30 Desember 2024. Seperti acara jalan-jalan yang sudah kami jalani sejak 2022, biasanya masing-masing dari kami akan membawa keluarga inti. Gue bersama istri dan kedua anak gue; sepupu gue yang tinggal di Purwakarta membawa istri dan anaknya yang masih bayi merah; tak ketinggalan sepupu gue yang tinggal di Surabaya bersama suami dan keponakan kesayangannya.

Gue memiliki dua sepupu yang bisa dikatakan hal terbaik yang pernah dunia berikan untuk gue. Kami dekat satu sama lain karena memiliki humor random dan absurd yang setipe. Vero Saragih tinggal di Purwakarta; mamaknya adalah kakak perempuan (namboru dalam istilah Batak) dari bokap. Sementara itu, Fransisca Maureen adalah another sepupu gue juga yang tinggal di Surabaya. Mamaknya juga merupakan adik perempuan dari bokap.

Gue, Vero, dan Morin memiliki grup WA yang kami namakan “Komor to the Beat,” yang mengacu kepada frasa “komorbit,” artinya segala jenis penyakit bawaan seperti jantung, hipertensi, dan diabetes. Kebetulan, semua jenis penyakit itu kami warisi bertiga akibat obesitas yang kami derita selama puluhan tahun.

Gue pengidap Diabetes Melitus tipe dua. Belum suntik insulin, namun sudah harus meminum obat penurun gula darah setiap hari. Vero menderita penyakit jantung koroner, sementara Morin memiliki penyakit paket super lengkap: jantung koroner, hipertensi, dan Diabetes Melitus tipe satu. Seumpama rumah sakit adalah time zone, maka kartu BPJS Morin bisa dikatakan statusnya sudah Gold Card alias premium, sementara kartu BPJS Vero sudah Blue Card, berada di kisaran level menengah. Gue masih Red Card alias pendatang baru atau newbie.

Grup WA tersebut berawal dari video call iseng Morin ke gue sepulang dari kantor di pertengahan tahun 2021. Setelah tersambung, ia hanya bertanya seperti ini, “Oi, belum mati lu?” lalu tertawa cekikikan sendiri. Bangsat juga satu orang ini, pikir gue saat itu. Lalu gue menjawab, “Gue masih hidup nih. Coba kita telepon si Vero, jangan-jangan dia udah dikubur mayatnya secara random oleh pihak rumah sakit.” Kami berdua pun tertawa puas, terkekeh-kekeh.

Kami cukup sering melakukan group video call via WA dan mengobrol bertiga saat pandemi melanda di tahun 2021. Di tengah-tengah obrolan, kami bersepakat untuk membentuk grup jalan-jalan setiap tahun yang jatuh pada bulan Desember. Kami juga bersepakat untuk menabung setiap bulan masing-masing Rp350.000 dari Januari 2022 hingga Desember 2022. Tempat yang kami sepakati untuk dikunjungi pada edisi perdana adalah Bandung. Secara resmi, kami menjadikan Bandung sebagai perjalanan pertama bagi grup Komorbit pada Desember 2022.

Ada kenangan yang tidak terlupakan selama kami menginap tiga hari di Bandung pada tahun 2022. Satu malam, sehabis makan malam dan sedang menuju perjalanan ke hotel di daerah Setiabudi, tiba-tiba dada Vero sesak. Rupanya sepupu gue itu terkena serangan jantung ringan. Apesnya, obat tidak dibawa dan belum dibeli. Saat itu kami berada dekat Paris Van Java. Kondisi jalan Bandung ramai padat karena malam Minggu. Vero terpaksa membanting setir ke kanan dan masuk ke sebuah hotel yang tidak jauh dari PVJ. Mobil diberhentikan tepat di drop-off. Dengan sangat sopan, security hotel menyambut kami ramah sambil menanyakan, “Bapak sudah melakukan pemesanan kamar, Pak?” Gue yang panik hanya bisa keluar dari pintu mobil sebelah kiri sambil berteriak:

“TOLONGGG!! BAPAK SAYA KENA SERANGAN JANTUNG!!”

Morin yang berada di bagian tengah mobil ikut keluar sembari menyuruh security dengan nada keras, bak pemimpin ormas pemuda pengangguran. Pemandangan ini membuat orang lain, bila melihat kejadian ini, berpikir kalau security sudah pasti merupakan ajudan pribadi Morin.

“HEYY KAMU!!! YA!! TOLONGG KAMU!! AMBILKAN AIR PANAS CEPAT!!”

Security segera berlari masuk ke hotel untuk mengambil air panas di pantry. Gue hanya bisa berpikir, sungguh naas sekali nasib security ini. Sudah bukan melayani tamu yang inap, malah kedapatan tamu random yang gendut, sudah terkena serangan jantung, merepotkan pula, dan tidak memesan kamar pula.

Vero dibawa ke pos security yang berada tidak jauh dari area drop-off. Dia sedang meminum air hangat yang dibawakan oleh security yang baru saja dibentak-bentak oleh Morin. Singkat cerita, keadaan Vero membaik. Kami yang tadinya ingin segera pulang ke hotel dan tidur akhirnya mencari apotek pinggir jalan guna membeli obat jantung untuk Vero. Sesampai di hotel, gue dan Morin menertawakan kejadian ini, lalu kami mengobrol hingga pukul dua pagi. Sesuatu yang sangat gue nikmati bersama kedua sepupu gue itu.

Pada Desember 2023, kami memutuskan untuk pergi ke Jogja. Perjalanan ini juga tidak kalah menyenangkan. Gue bersama Vero naik mobil dan menempuh perjalanan selama sepuluh hingga dua belas jam. Sementara Morin, suami, dan sepupunya memutuskan untuk menggunakan kereta dari Surabaya. Kami menghabiskan banyak waktu di Gunung Merapi dan Candi Borobudur. Kami melakukan wisata kuliner di Raminten dan sepanjang Malioboro. Gue sangat menikmati perjalanan kami, baik di Bandung Desember 2022 maupun Jogjakarta 2023.

Pada Desember 2023 saat kami berpelesiran di Jogja, kami sudah merencanakan untuk pergi ke Bandung yang kedua kalinya setelah perjalanan kami di 2022 silam. Kami pilih Bandung karena Vero baru memiliki anak sehingga rasa-rasanya akan menjadi tidak aman bila kami merencanakan bepergian dengan jarak yang jauh.

Pada tanggal 27 Desember 2024, sehari sebelum kami berangkat ke Bandung di tanggal 28 Desember 2024, Morin sepupu gue yang tinggal di Surabaya mengirim sebuah pesan WA di grup kami bertiga. Ia membuka topik mengenai perjalanan ke Bali pada Desember 2025 yang akan datang. Di pesan tersebut, Morin banyak memberi ide mengenai tempat-tempat yang akan kita kunjungi seputar Ubud, Legian, dan kafe-kafe yang pernah ia kunjungi sebelumnya.

Kami menyelesaikan diskusi kami di pukul 11.10 pagi pada tanggal 27 Desember 2024 tanpa tahu bahwa tiga puluh menit kemudian ia terserang stroke. Suaminya menemukan Morin dalam keadaan tidak sadarkan diri di dalam kamar. Singkat cerita, Morin langsung dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, gue dan Vero tidak tahu mengenai hal ini.

Kami menganggap semuanya masih berjalan baik-baik saja sampai adik perempuan Morin mengirimkan pesan WA ke gue pada pukul 15.00 sore, memberitahukan bahwa Morin tidak sadarkan diri di Rumah Sakit akibat serangan stroke dan kemungkinan besar Morin tidak dapat mengikuti perjalanan ke Bandung besoknya di tanggal 28 Desember 2024. Saat itu, gue hanya bisa tercenung mendengar semua hal ini, otak gue masih mencoba mencerna atas apa yang menimpa Morin, bagaimana mungkin tadi jam 11:10 pagi kami masih saling bertukar pesan di grup WA kini pukul 15:00 sore dirinya sudah terbaring koma di rumah sakit? gue berharap semuanya akan baik-baik saja.

Namun semesta berkata lain, dan tentu saja semesta tidak selalu berjalan dengan apa yang kita inginkan, apa yang kita harapkan, dan apa yang kita impikan, dari hati yang patahlah kita belajar bagaimana semesta kadang kerap mengecewakan kita. Tanggal 31 Desember 2024 gue belajar kembali tentang patah hati, tentang harapan yang pupus, tentang kesedihan, tentang kehilangan orang yang gue sayangi dan gue kasihi. Pada tanggal tersebut gue menerima kabar kalau Morin sudah pergi meninggalkan kami semua. Gue mendapati kabar itu dari grup WA keluarga besar.

Gue masih ingat apa yang gue lakukan setelah mendengar kabar duka itu. Gue hanya bisa duduk di teras depan rumah sambil melihat galeri foto-foto gue bersama Morin dan Vero sejak perjalanan kami di Bandung 2022 dan Jogjakarta 2023. Gue hanya bisa menangis dalam diam sambil bertanya-tanya kepada langit sore.

Ah, sialan kenapa dirimu cepat sekali meninggalkan kami sih kak?

Terus kepada siapa gue akan bercanda sampai tengah malam nanti?

Tenang dirimu di sana ya kak.

Gue akan dan selalu merindukan dirimu.

Something that you need to know about this blog:

  1. I write this blog based on my true experiences
  2. The name of the characters on this blog is not real anymore (Except my own character), I change it due to avoid some feuds, lawsuits, or even dead threats to me, my cats, and my dogs.
  3. I dramatize and exaggerate some parts in order to make a good story with a good punchline so that you can laugh your ass off and say “Hey this blog is funny! I love it!”
  4. I write this blog mostly on Friday night and Saturday night. Why? because that’s what forever alone dude do.
Posted in: Esai